RAGAM MOTIF KAIN TENUN DESA SUKARATA

RAGAM MOTIF KAIN TENUN TRADISIONAL YANG MENJADI CIRI KHAS DESA SUKARARA Lalu Faraby Alif Akbar, Kunim Sriati, Azani Saputra, Imam Hamzan Wijaya, Lita Ariska Sulistiana, Fathiyatul Hikma, Aulia Rizkiana, Hani Noviawati, Murtiana, M. Yaomil Akhyar Jl. Tenun Sukarara, Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Unram Email: farabyalief@gmail.com ABSTRACT Hand weaving is one of Indonesia's traditional cultural arts and fabrics produced in various regions throughout the archipelago (Sumatra, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok, and Sumbawa). Weaving is one of Indonesia's traditional cloth art and culture that is produced in various regions throughout the archipelago (Java, Sumatra, Aceh, Sulawesi, NTT, Bali, and including Lombok Island, West Nusa Tenggara). This study aims to determine the original Hand weaving motifs that are characteristic of Sukarara Village. This research was conducted on December 29 - January 25 using a survey method in which researchers would interview traditional leaders in Sukarara Village. The results of the study found only 3 typical motifs of Sukarara Village, namely the Subahnale Kembang motif, the Serinang Drag motif, and the Wayang motif. Keywords: Hand weaving, Sukarara Village, Hand weaving Motifs. ABSTRAK Kain tenun merupakan salah satu seni budaya kain tradisional Indonesia yang diproduksi diberbagai wilayah di seluruh Nusantara ( Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok, dan Sumbawa). Tenun merupakan salah satu seni budaya kain tradisional Indonesia yang diproduksi diberbagai wilayah diseluruh Nusantara (Jawa, Sumatera, Aceh, Sulawesi, NTT, Bali, dan termasuk Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif kain tenun asli yang menjadi ciri khas Desa Sukarara. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Desember - 25 Januari dengan metode survei dimana peneliti akan mewawancarai tokoh adat yang ada di Desa Sukarara. Hasil dari penelitian ditemukan hanya 3 motif kain tenun khas Desa Sukarara yaitu kain tenun motif Subahnale Kembang, motif Seret Penginang, dan motif Wayang. Kata Kunci: Kain Tenun, Desa Sukarara, Motif Kain Tenun. PENDAHULUAN Indonesia kaya akan warisan budaya yang menjadi salah satu kebanggaan bangsa dan masyarakat. Salah satu dari warisan budaya yakni keragaman kain dan tenun tradisional. Beberapa kain dan tenunan tradisional tersebut antara lain: kain ulos dari sumatera utara, kain limar dari Sumatera Selatan, kain batik dan lurik dari Yogyakarta, kain gringsing dan endek dari Bali, kain hinggi dari Sumba, kain sarong ende dari Flores, kain buna dari Timor, kain tenun kisar dari Maluku, kain ulap doyo dari Kalimantan Timur, dan kain sasirangan dari Sulawesi Selatan (Sancaya: 2011). Kain tenun merupakan salah satu seni budaya kain tradisional Indonesia yang diproduksi diberbagai wilayah di seluruh Nusantara ( Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok, dan Sumbawa). Tenun memiliki makna, nilai sejarah, dan tekhnik pembuatan yang tinggi dari segi warna, motif, dan jenis bahan serta benang yang digunakan dan tiap-tiap daerah memiliki kain tenun dengan ciri khas masing-masing. Pulau Lombok merupakan pulau yang memiliki keindahan dan beranekaragam, kekayaan objek wisata alam, seni, budaya, serta kerajinan tangan tradisional atau “songket”. Kain tenun adalah seni tradisional Pulau Lombok yang memiliki keindahan yang unik dan berbeda. Desa Sukarara merupakan Desa sadar wisata tenunan yang ada di Lombok, selain Desa Sade dan Desa Banyumulek. Desa Sukarara Terletak di Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengan Nusa Tenggara Barat Indonesia (Murdiyanti, 2016). Tenun merupakan salah satu seni budaya kain tradisional Indonesia yang diproduksi diberbagai wilayah diseluruh Nusantara (Jawa, Sumatera, Aceh, Sulawesi, NTT, Bali, dan termasuk Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat). Tenun mempunyai makna, nilai sejarah dan tekhnik yang tinggi baik dari segi motif, warna, jenis bahan, dan benang yang digunakan disetiap daerah memili ciri khas tersendiri, termasuk tenun yang dihasilkan oleh suku sasak di Desa Sukarara (Sabilirrosyad, 2016). Motif kain tenun Khas Sukarara menjadi contoh bagi desa lain sehingga tidak jarang ada desa lain yang menirukan motif kain tenun yang berasal dari Desa Sukarara. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang motif Kain Tenun Khas Desa Sukarara yang keasliannya dapat dipertanggung jawabkan untuk kemudian dibuatkan HAK CIPTA atau HAK PATEN agar Desa lain tidak lagi bisa meniru motif asli dari Desa Sukarara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif kain tenun asli khas Desa Sukarara. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat terkait dengan motif-motif kain tenun yang berasal dari Desa Sukarara. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini di lakukan selama proses Kuliah Kerja Nyata (KKN) berlangsung dari tanggal 29 Desember 2019 – 25 Januari 2020 di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah. Metode penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode survey yaitu dengan cara memberikan pertanyaan kepada budayawan atau tokoh adat yang ada di Desa Sukarara. Peneliti memberikan beberapa pertanyaan dan mengamati jenis kain tenun asli Desa Sukarara. Prosedur pengambilan data menggunakan metode survei, dimana peneliti menentukan lokasi dan banyaknya budayawan atau tokoh adat yang akan di wawancara. Penentuan budayawan atau tokoh adat yang akan di wawancarai menggunakan metode acak dimana dalam satu desa peneliti hanya mewawancarai 3 dari 5 tokoh adat yang ada di Desa Sukarara yaitu Mamiq Erna, Bapak Sunardi, dan Mamiq Srijaya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sukarara, Lombok Tengah pada tanggal 29 Desember 2019 – 25 Januari 2020 didapatkan hasil bahwa motif kain tenun asli sukarara hanya 3 motif, yaitu motif Subahnale Kembang, Seret Penginang, dan motif Wayang. Subahnale merupakan motif yang pertama dibuat di Desa Sukarara. Menurut Lalu Sukardi (Mamiq Erna) motif subahnale itu sendiri memiliki 3 jenis yang berbeda dimana perbedaannya ini terdapat pada motifnya. Tiga jenis kain songket ini ialah : 1. Motif Subahnale kembang. Subahnale kembang merupakan kain songket yang paling pertama dibuat di desa sukarara. Pada saat pembuatannya pertama kali motif ini dibuat sebagai hadiah bagi penguasa yang telah membangun desa sukarara yang terbentuk pada tahun 1827 oleh seorang warga tua yang bernama Papuk Rabiq. Papuk Rabik merupakan orang pertama yang mencetuskan untuk pembuatan songket subahnale kembang. Subahnale kembang sendiri terdiri dari berbagai bentuk diantaranya segienam dan kembang 7. Setiap bentuk tersebut memiliki beberapa makna diantaranya : Segi Enam : bentuk segi enam ini memiliki makna mengenai iman dan taqwa. Kembang 7 : kembang 7 memiliki makna tentang 5 fardu solat wajib sehari semalam dan 2 adalah fardu kifayah dan fardu jum’at. 2. Motif Subahnale Wayang Subahnale wayang merupakan kain songket pengembangan dari subahnale kembang. Subahnale wayang terdiri dari beberapa bentuk juga diantaranya 2 wayang, payung dan gunung. Bentuk-bentuk ini memiliki beberapa makna diantaranya : payung ini melambangkan kesejahteraan masyarakat. Payung ini juga memiliki makna yang diungkapkan dengan syair kuna yaitu “ Hambate Wong Kelalaran , Hamayunge Wong Kepanasan , Sinasihe Wong Fakirmiskin “ yang artinya adalah membantu orang yang susah, memayungi orang yang kepanasan , dan mengasihi fakirmiskin yang ada. 2 Wayang : bentuk ini melambangkan kerukunan keluarga, kerukunan rumah tangga dan kerukunan desa. Gunung : bentuk ini melambangkan mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat desa untuk mensejahterakan masyarakat didesa itu sendiri. Warna dasar yang digunakan dalam motif ini adalah warna gelap seperti warna merah marun. Warna motif menggunakan warna yang kontras seperti warna putih, biru muda, atau warna kuning cerah. Motif wayang termasuk ke dalam motif dekoratif dimana objek utama pada motif wayang meniru bentuk manusia yang kemudian digayakan menjadi bentuk wayang. Pola yang digunakan adalah pola tebar dimana motif diletakkan pada jarak yang teratur. Jenis motif ini juga hanya menutupi sebagian dari kain dasar. 3. Motif Seret Penginang Seret penginang merupakan kain songket pengembangan dari songket subahnale. Makna dari motif seret penginang yaitu diangkat dari kebiasaan nenek moyang desa sukarara yaitu mamak (makan sirih), sirih tersebut mereka taruh disuatu wadah yang dinamakan penginang. Warna dasar yang digunakan dalam motif ini adalah warna gelap seperti warna hitam sedangkan warna motif menggunakan warna emas. Motif seret penginang termasuk ke dalam motif dekoratif dimana objek utama pada motif seret penginang meniru bentuk benda yaitu penginang (wadah tempat sirih). Pola yang digunakan adalah pola tebar dimana motif diletakkan pada jarak yang teratur. Jenis motif ini juga hanya menutupi sebagian dari kain dasar. Prinsip pembuatan pola menggunakan prinsip pengulangan dan selang – seling berlawanan. Lombok masih memiliki potensi kebudayaan yang bagus, selain kebudayaan, Lombok juga memiliki kesenian asli yang indah, unik dan otentik yaitu Kain Songket Sasak di Desa Sukarara. Kain tenun Songket Sasak ini digunakan sebagai bagian dari pakaian adat suku Sasak yang bernama Baju Lumbung (baju wanita), baju adat khas Lombok dengan motif hitam polos dipadukan kain songket dengan berbagai motif. Untuk wanita kain Songket Sasak biasanya berbentuk selendang dan ikat pinggang, sedangkan untuk laki-laki kain. Kain songket yang ada di Desa sukarara memiliki nama Subahnale. ada beberapa motif kain tenun Songket Sasak ini, antara lain motif keker, motif bulan bekurung, motif kembang empat, motif bergambar tokek yang merupakan simbol keberuntungan,. Kain songket tersebut berkaitan dengan suatu kalimat yang ada dalam kitab suci Alqur’an yang berbunyi Subhanallah yang berarti Maha Suci Allah.” Motif-motif pada kain songket ini merupakan kombinasi motif flora dan geometris. Bentuknya ceplok bunga dan kuncup bunga yang diletakan pada kotak segi empat berangkai aneka warna. Sebuah motif yang kemungkinan mendapat pengaruh dari Bali ini memiliki nama yang menunjukkan pengaruh Islam. Salah satu diantaranya yang dapat dihubungkan dengan penduduknya yang sebagian menganut agama Islam. Kain songket ini berbentuk sarung yang dapat dipakai oleh wanita maupun oleh laki-laki sebagai dodot. Untuk membuat kain tenun Songket Sasak ini memerlukan setidaknya waktu satu minggu untuk kain yang bermotif sederhana, karena semakin rumit motifnya semakin lama waktu yang di perlukan untuk membuatnya. Adapun kain tenun Songket Sasak ini sudah ada sejak zaman dahulu dan telah menjadi warisan budaya yang dilestarikan bukan hanya oleh masyarakat Lombok melainkan seluruh masyarakat Indonesia sebagai salah satu budayanya. KESIMPULAN Berdasarkan Tujuan, Hasil dan Pembahasan dapat disimpulkan bahwa Kain songket yang ada di Desa sukarara memiliki nama Subahnale, dimana ada beberapa motif kain tenun Songket Sasak ini, antara lain motif Subahnale Kembang, motif Wayang, dan motif Serat Penginang. Kain songket tersebut berkaitan dengan suatu kalimat yang ada dalam kitab suci Alqur’an yang berbunyi Subhanallah yang berarti Maha Suci Allah.” Motif-motif pada kain songket ini merupakan kombinasi motif flora dan geometris. SARAN Saran dari peneliti untuk kebaikan desa selanjutnya adalah semoga semakin bertambahnya motif-motif dari kain tenun Khas Desa Sukarara, karena hal ini dapat menarik pembeli atau wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung ke Desa Sukarara. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih ditujukan kepada semua anggota KKN Tematik Wisata Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah, Bapak Kepala Desa Sukarara, yaitu Bapak Jumasre. S.IP, Dosen Pembimbing Lapangan, yaitu Bapak Dr. I Nyoman Nugraha Ardana Putra, SE.MM, dan pihak desa yang telah berpartisipasi dalam membantu mahasiswa KKN dalam melaksanakan kegiatan setiap harinya. DAFTAR PUSTAKA Mardiyanti dan Ismadi. 2006. Kain Tenun Tradisional Dusun Sade, Rambitan, Pujut, Central, Central Lombok, West Nusa Tenggara. Journal Student UNY. Sabillirrosyad. 2016. Ethnomathematics Sasak: Eksplorasi Geometri Tenun Suku Sasak Sukarara dan Implikasinya Untuk Pembelajaran. Jurnal Tatsqif (ISSN: 2503-4510). Vol.14 No.1 : 51. Sancaya, Rini, dkk. 2011. Pesona Warna Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia.

Komentar

Postingan Populer